Sabtu, 19 Juli 2014

KOMA: Setiap Lembaran Hidup, Tidak Ada Mati (titik), Namun Koma


Judul          : KOMA
Author       : Rachmania Arunita
Penerbit     : Bentang Pustaka
Tebal          : 295 Halaman
Harga         : Rp.49.000,

Dia adalah seorang pribadi yang sedang dalam perjalanan. Meski tubuh masih terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit, dia masih dalam perjalanan, proses pencarian; jati diri, dunia, hidup dan cinta. Mata fisiknya mungkin tertutup dan terlelap, namun, mata batinnya terbuka lebar. Mata itu dapat melihat dunia lebih lebar, dapat merasakan pedih keluarga yang menangisinya, mata itu dapat membantu jiwa untuk mensyukuri segala ciptaan-Nya. Namun sayang, mata itu tidak dapat menangis.

Dia adalah seorang pribadi yang bimbang. Bimbang dalam menentukan mana yang terbaik bagi dirinya dalam tekanan keluarga (yang Ia rasa) berat. Ia merasa bahwa semua orang menyebalkan, bahkan, opini akan tidak ada gunanya untuk hidup di dunia ini-pun muncul. Tidak hanya ini, dalam cinta Ia juga payah. Payah bukan berarti dalam mencarinya, namun dalam mengambil tindakan dan peka terhadap orang yang memperhatikannya.

Dia adalah Jani, seorang mahasiswi berumur 22 tahun yang terjatuh koma. Seorang wanita yang terperangkap diantara dua dunia, hidup dan mati. Meski begitu, Ia menemukan kualitas hidup saat Ia masih tertidur. Ia melihat dunia lebih luas dari pada mereka dengan mata yang masih terbuka. Meski koma, Ia menemukan teman dan cinta baru. Ia bertemu dengan Leo. Dan Leo adalah air bagi api Jani disaat kesedihan menggrogotinya. Ia membantu Jani memaknai hidup dan mengantarnya ke gerbang kedewasaan yang lebih lanjut.

Koma adalah penghayatan hidup, perenungan bagaimana hidup harus dijalani. Bagaimana hidup itu sebenarnya tiada akhir (titik), melinkan terus berlanjut (koma) namun di dunia yang berbeda. Hidup itu tidak mengenal kata "selamat tinggal", namun "samapai ketemu lagi". Hal tersebut merupakan nilai moral yang saya peroleh saat saya membaca KOMA oleh Rachmania Arunita (Nia). Jujur, saya belum pernah membaca bukunya sebelumnya, namun semenjak KOMA, saya ingin mengenal Nia lebih dekat melalui karya-karyanya. Melihat akun media sosial, dan dia adalah salah seorang yang manis untuk dilihat. (cie cie ciiieee).

Saya yakin, dalam proses penulisan novel ini membutuhkan perjalanan yang panjang. Membutuhkan referensi baik buku kedokteran maupun psikologis, film, maupun novel lainnya. Nia menulis KOMA bukan hanya inspirasi yang "teng" tiba-tiba datang, namun juga melalui proses pembelajaran dan pengalamannya dalam menulis novel dan jatuh Koma. Novel ini sangat cocok bagi kamu yang sedang mengalami kebimbangan hidup atau sedang mencari tu siapa dirimu. Jangan pernah bosan untuk mencari tahu, bacalah buku ini sebagai referensimu. Hidup itu indah apa bila syukur selalu dihikmatkan.

Sekian resensi buku, saya Arief Setya Negara, mengucapkan terima kasih sudah membaca. Mungkin berikutnya saya akan meresensi Pulang oleh Leila S. Chudori.

0 komentar: